Pelukan Alam dan Jejak Tradisi: Wisata SAD yang Menggetarkan Hati
Oleh: Satria, S.Sos., C.B.J
Gesturkata| Di tengah deru zaman dan hiruk pikuk Daerah Serengkuh Dayung Serentak Ketujuan, terselip satu pelukan alam yang menenangkan jiwa.
Tersembunyi di balik pekatnya debu perusahaan di sekitar Desa Delima, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, hadir secercah keajaiban dan keuletan komunitas yang tak sekadar memanjakan mata—tetapi juga menyentuh batin. Wisata Suku Anak Dalam (SAD), destinasi baru yang akhir-akhir ini mencuri perhatian, membawa kita menyelami kedalaman tradisi dan ketenangan semesta yang berkesan.
Destinasi ini dibuka saat momen lebaran Idul Fitri, destinasi ini langsung menyedot perhatian pengunjung dari berbagai daerah di Pulau Sumatra. Bukan tanpa alasan—di sini, alam bukan hanya latar belakang, tapi menjadi pemeran utama. Deretan pohon pinus menjulang tinggi seakan menjadi pelindung dari segala penat.
Di bawah naungannya, puluhan gubuk kecil berdiri sederhana namun penuh makna—tempat di mana tawa keluarga, bisikan pasangan, dan canda tawa sahabat berpadu dalam harmoni.
Sensasi berlibur di tempat ini bukan sekadar duduk santai. Tersedia pula kuda yang siap membawa wisatawan menelusuri jalan, memberi pengalaman yang mungkin tak akan ditemukan di tempat lain.
Kemudian, harga tiket masuknya hanya 10 ribuan. Ya, sepuluh ribu rupiah untuk menikmati ketenangan, kebersamaan, dan kearifan lokal yang begitu tulus. Di tengah dunia yang semakin mahal untuk sekadar bahagia, tempat ini hadir seperti oase—pengingat bahwa kebahagiaan sejati kadang tersembunyi dalam kesederhanaan.
Wisata SAD bukan hanya destinasi. Ia adalah makna dalam mencintai alam. Ia adalah ruang pulang. Dan mungkin, ia adalah tempat di mana kita bisa berhenti sejenak, lalu benar-benar merasa hidup. (Red)
