Gesturkata.com – Kuala Betara | Setiap tahunnya, selepas melaksanakan sholat Idul Fitri, warga Kelurahan Betara Kiri, Kecamatan Kuala Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat), menjalani sebuah tradisi yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat setempat. Tradisi tersebut dikenal dengan nama “Sedak Siten” atau “Turun Tanah.”
Sebuah budaya yang tidak hanya menyatukan keluarga, tetapi juga menjadi simbol kelestarian adat yang diwariskan turun-temurun.
Sedak Siten adalah sebuah aktivitas yang hanya dilakukan oleh pasangan suami istri yang memiliki anak balita. Kegiatan ini menjadi momen istimewa bagi keluarga yang terlibat, sebagai bentuk syukur atas kelahiran anak mereka.
Masyarakat Betara Kiri meyakini bahwa melalui tradisi ini, anak-anak mendapatkan keberkahan dan perlindungan dari segala hal buruk, sekaligus memperkenalkan mereka pada kehidupan sosial masyarakat sekitar sebagaimana yang diungkap oleh salah seorang warga Betara Kiri.
Amir, salah satu warga yang turut merayakan tradisi Sedak Siten, mengungkapkan bahwa tradisi ini bukan hanya berlaku saat Idul Fitri, tetapi juga saat Idul Adha. Menurutnya, tradisi ini sudah dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu, diteruskan dari generasi ke generasi.
“Setiap tahun, Anak-anak balita yang ada di lingkungan sekitar, setelah melaksanakan sholat Idul Fitri, biasanya diberi uang logam yang dilemparkan kepada mereka di halaman masjid,” kata Amir.
Tradisi menghamburkan uang logam kepada anak-anak sekitar ini bukan sekadar ritual belaka, melainkan sebagai simbol berbagi berkah dan rezeki di hari yang penuh kemuliaan. Seiring berjalannya waktu, budaya ini tetap dilestarikan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Betara Kiri.
Dengan terus dilakukannya tradisi Sedak Siten, masyarakat Betara Kiri tidak hanya merayakan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai perayaan agama, tetapi juga sebagai momen untuk mempererat hubungan antarwarga dan melestarikan budaya yang sudah ada sejak dahulu.