Gestur Kata – UMKM | Di pinggir jalan halaman Kantor DPRD Provinsi Jambi, pedagang kaki lima bernama Lamudin duduk bersama dagangan rujak Nur Cahaya miliknya.
Dengan sepeda motor sebagai alat transportasi, ia membuka usaha kuliner Rujak Buah Nur Cahaya setiap hari mulai pukul 13.00 hingga 18.00 WIB.
Usaha yang Ia rintis ini ternyata sudah 16 tahun. Terhitung sejak tahun 2008 silam. Lamudin dan istrinya telah melayani pelanggan setia mereka dengan aneka buah segar, termasuk semangka, nanas, pepaya, melon, dan lain sebagainya.
Lamudin, seorang pria paruh baya berkepala tiga, mengungkapkan bahwa perjalanan usaha mereka bukanlah tanpa tantangan. “Rujak ini sudah lama sejak tahun 2008, jualan bersama istri,” tuturnya dengan senyum hangat.
Setiap hari, ia menghabiskan waktu untuk mencari buah-buahan segar, memastikan bahwa setiap pelanggan mendapatkan rujak yang berkualitas.
Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, yaitu Rp 12.000 (Dua Belas Ribu) per bungkus. Meskipun terlihat sederhana, usaha ini mampu memberikan penghasilan hingga Rp. 100.000 (Seratus Ribu) per hari bagi Lamudin.
Namun, di balik keberhasilan tersebut, ada rasa jenuh yang mulai menghampiri. Lamudin mengungkapkan, “Saya sudah cukup jenuh berjualan, tapi saya juga merasa kekurangan modal untuk usaha ini.”
Diketahui walaupun 3 orang anaknya telah bisa menafkahi dirinya, namun sebagai kepala keluarga, Lamudin tetap berusaha memberikan nafkah dengan usaha rujak buah nya.
Ia berharap, pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) seperti dirinya. “Saya berharap agar kesejahteraan PKL diperhatikan untuk masa depan yang lebih baik,” ungkapnya dengan harapan yang tulus.
Kisah Lamudin bukan hanya sekadar tentang rujak buah; ini adalah cerita tentang perjuangan, ketekunan, dan harapan.
Di tengah hiruk-pikuk kota Jambi, Lamudin dan rujak buah Nur Cahaya tetap menjadi bagian penting dari salah satu pelaku UMKM di Provinsi Jambi.