
TIPS – Cinta itu indah, ya, siapa yang tak setuju? Namun, terkadang kita harus mengakui, hubungan bisa menjadi lebih mirip dengan serial drama yang penuh konflik. Mungkin hubunganmu tak jauh berbeda dengan acara TV yang tidak pernah selesai, penuh masalah, dan terus berlanjut tanpa akhir yang jelas. Mari kita bahas beberapa poin yang mungkin sedang menghiasi hubungan kita—atau mungkin hanya di kepala kita saja.
Jika hubunganmu berawal dengan saling memberi kebebasan total, tanpa batasan apapun, maka selamat! Kamu baru saja masuk ke dalam zona cinta yang penuh dengan kebingungannya. Mengizinkan pasangan untuk “bebas” tanpa batasan kadang bisa membuat hubungan terasa seperti berjalan di atas tali tanpa pengaman. Ada kalanya, batasan itu penting agar kita tahu di mana harus berhenti, apalagi saat harus menghindari drama yang tidak perlu. Tapi ya, siapa yang peduli dengan batasan, kan? Toh, cinta itu luas, begitu katanya.
Memberikan kasih sayang dan perhatian itu juga penting. Karena, ketika hubungan terasa seperti dua teman lama yang kebetulan berbagi kebersamaan, maka masalahnya mulai muncul. Tanpa adanya kasih sayang yang secara fisik, kita bisa merasa seperti rekan sekantor daripada pasangan hidup. Dan soal hubungan? Jika hanya berbicara tentang kenyamanan tidur dan tidak lebih, mungkin kita sudah tiba di fase “keinginan sesuatu yang menguap”.
Konflik dalam hubungan itu ibarat sambal di nasi goreng: tidak selalu diperlukan, tapi ada kalanya harus hadir. Menghindari pertengkaran seolah-olah menjadi cara terbaik untuk menjaga keharmonisan, tetapi kenyataannya, itu cuma menyimpan amarah yang bisa meledak kapan saja. Kita semua tahu bahwa “diam” bukan solusi, meskipun kadang kita berpikir kalau bisa jadi solusi ajaib.
Pernahkah kamu berharap pasanganmu bisa menjadi versi ideal dari karakter superhero? Nah, kita semua pasti pernah. Tapi, ingatlah bahwa ekspektasi yang berlebihan hanya akan membuat kita kecewa. Pasangan bukan mesin pembuat kebahagiaan atau, lebih buruk lagi, superman yang bisa terbang dan menyelesaikan segala masalah. Jika kamu berharap dia bisa menyapu lantai tanpa disuruh, mungkin itu terlalu berlebihan.
Pengkhianatan dalam cinta memang bisa jadi salah satu titik balik yang paling menyakitkan. Selingkuh bukan hanya soal fisik, tapi juga soal kepercayaan yang hancur seketika. Mengapa ini terjadi? Mungkin karena kita merasa lebih nyaman bersembunyi daripada menghadapi kenyataan. Tapi, mari kita jujur, siapa yang ingin jadi ‘pahlawan pengkhianat’ dalam kisah cinta mereka?
Komitmen adalah kata yang menakutkan bagi banyak orang. Seperti membeli tiket konser yang sudah sold-out, kita ingin, tapi kita juga takut jika akhirnya kecewa. Takut berkomitmen berarti kita takut untuk mengikat janji dengan seseorang, meskipun kita tahu dia adalah orang yang kita cintai. “Aku belum siap” adalah alasan klasik yang terdengar lebih mulus daripada kenyataan.
Cinta itu penuh dengan janji, tapi apa artinya janji jika tidak ditepati? Ingkar janji seringkali menjadi bumbu tambahan dalam hubungan, membuat kita lebih banyak berdebat daripada menikmati kebersamaan. “Aku janji gak akan begini lagi,” kata pasanganmu. Tentu, tetapi janji itu bisa lenyap seiring berjalannya waktu, seperti iklan yang menghilang di tengah layar.
Rasa hormat adalah kunci utama dalam setiap hubungan, dan tanpa itu, semuanya hanya akan berakhir dalam kebingungannya. Ketika kita tidak saling menghormati, hubungan hanya akan berubah menjadi arena pertarungan, di mana siapa yang lebih keras suaranya, dia yang menang. Tentu, ini bukan hubungan yang sehat. “Terserah aku” bukan solusi yang bisa bertahan lama, terutama jika kita terus mengabaikan perasaan pasangan.
Ingin selalu menang memang menggoda, tapi dalam hubungan, terkadang kita perlu lebih mendengarkan daripada berbicara. Kita semua pernah berada di posisi ini: ingin menjadi yang paling benar dan menganggap pendapat pasangan tidak lebih dari angin lalu. Tapi ingatlah, memenangkan argumen bukan berarti memenangkan hati.
Mengendalikan pasangan bukanlah tanda cinta, meskipun beberapa orang menganggapnya begitu. Memang menyenangkan bisa mengatur segalanya, tapi dalam hubungan, keinginan untuk mengontrol bisa menciptakan ketegangan dan rasa tidak bebas. Cinta bukan tentang menjadi CEO dalam hubungan, tetapi tentang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Jadi, di antara segala drama, konflik, dan ketegangan, satu hal yang jelas: hubungan itu butuh lebih dari sekadar kata-kata manis dan janjian kosong. Kadang, kita harus merenung dan berpikir, apakah kita sudah menambah nilai atau justru menciptakan masalah baru? Yang terpenting adalah berusaha untuk saling menghargai, memahami, dan tidak terjebak dalam drama yang tak berujung. Cinta, sejatinya, memang tidak semudah yang kita bayangkan.
Sumber: Ki Noto Widjojo (Facebook)