Gestur Kata | Jambi – Mbah Muji, seorang lansia dengan nama lengkap Mujianto (65) asal Jambi ini sungguh memprihatinkan. Pada usia yang tidak muda lagi, ia hanya bisa pasrah menghabiskan banyak waktu di tempat tidur.
Mbah Muji punya cukup alasan mengapa ia tidak beraktivitas seperti orang biasa. Hal itu karena sakit bagian lutut yang ia alami sejak Enam bulan lalu.
Sakit yang Mbah Muji rasakan itu menjadi lebih berat karena Ia belum memiliki keluarga (belum menikah). Sempat berharap pada sanak famili. Akan tetapi Mbah Muji memilih untuk tidak memberatkan familinya yang tinggal di Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
Saat bercerita dengan awak media, Mbah Muji menceritakan penyebab sakit yang ia derita. Rupanya semua berawal setelah dirinya jatuh dari tangga, sehingga menderita penyakit Asam Urat.
Kemudian selama menderita penyakit yang dialaminya itu, dirinya dirawat oleh anak angkatnya yang bernama Bima.
“Bima setiap balek kerja atau libur kesini, pagi, siang sampai malam sekitar jam sebelas pulang kerumahnya,” ucap Mbah Muji belum lama ini.
Dengan nada sedih, Lansia yang hidup sendiri itu mengatakan bahwa selama ini belum ada mendapatkan perhatian khusus dari pihak pemerintah terhadap kondisinya. Ia berharap bisa sehat kembali dan bisa melakukan aktivitas lagi seperti dulu.
“Harapannya pengen sehat dan bisa kumpul-kumpul sama kawan lagi,” tuturnya.
Kemudian disamping kondisinya yang lumpuh, juga kondisi rumah Mbah Muji yang berusia sekitar satu tahun ini sangat memprihatikan.
Panjang rumah sekitar 7 meter, dengan lebar 4 meter, rumah yang terbuat dari seng-seng bekas dan dinding rumah dari triplek bekas ditambah lagi tidak adanya kamar kecil.
“Kalau hujan bocor, terus dindingnya dari triplek bekas, campuran dan tidak ada toilet dirumah ini, kalau Mbah mau buang air kecil di tempat tidur pakai wadah,” tutur Bima saat bercerita.
Disisi lain, Mbah Muji ternyata memiliki sisi historis yang kelam persoalan pekerjaan. Ia merupakan seorang karyawan di salah satu perumahan dijambi yang di PHK secara sepihak.
Sebelum di PHK secara sepihak, selama delapan tahun dirinya mengabdi menjadi satpam perumahan didaerah dekat kediamannya selama kurang lebih delapan tahun.
Dengan suara bergetar, Mbah bercerita bahwa selama ia mengabdi untuk perumahan tersebut tidak mendapatkan tunjangan apapun. Bahkan mirisnya, selama tiga bulan sebelum dipecat dirinya sudah tidak diberikan gaji oleh pihak pengelola perumahan tersebut (**)